Saturday, October 13, 2012

Hadits Tentang Keutamaan Membaca Al-Qur'an




Bulan Ramadhan merupakan bulan Al-Qur`an. Pada bulan inilah Al-Qur`an diturunkan oleh Allah subhanahu wata’ala, sebagaimana dalam firman-Nya :

)شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآَنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ (البقرة: ١٨٥

“bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur`an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu, dan pembeda (antara yang haq dan yang bathil).” [Al-Baqarah : 185]

Di antara amal ibadah yang sangat ditekankan untuk diperbanyak pada bulan Ramadhan adalah membaca (tilawah) Al-Qur`anul Karim. Banyak sekali hadits-hadits Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam yang menyebutkan tentang keutamaan membaca Al-Qur`an. Di antaranya :


1.      Dari shahabat Abu Umamah Al-Bahili radhiallahu ‘anhu : Saya mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

« اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لأَصْحَابِه »
“Bacalah oleh kalian Al-Qur`an. Karena ia (Al-Qur`an) akan datang pada Hari Kiamat kelak sebagai pemberi syafa’at bagi orang-orang yang rajin membacanya.” [HR. Muslim 804]

Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan untuk membaca Al-Qur`an dengan bentuk perintah yang bersifat mutlak. Sehingga membaca Al-Qur`an diperintahkan pada setiap waktu dan setiap kesempatan. Lebih ditekankan lagi pada bulan Ramadhan. Nanti pada hari Kiamat, Allah subhanahu wata’ala akan menjadikan pahala membaca Al-Qur`an sebagai sesuatu yang berdiri sendiri, datang memberikan syafa’at dengan seizin Allah kepada orang yang rajin membacanya.

Faidah (Pelajaran) yang diambil dari hadits :

Dorongan dan motivasi untuk memperbanyak membaca Al-Qur`an. Jangan sampai terlupakan darinya karena aktivitas-aktivitas lainnya.
Allah jadikan Al-Qur`an memberikan syafa’at kepada orang-orang yang senantiasa rajin membacanya dan mengamalkannya ketika di dunia.
2.      Dari shahabat Abu Umamah Al-Bahili radhiallahu ‘anhu : Saya mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

« … اقْرَءُوا الزَّهْرَاوَيْنِ : الْبَقَرَةَ وَسُورَةَ آلِ عِمْرَانَ؛ فَإِنَّهُمَا تَأْتِيَانِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ كَأَنَّهُمَا غَمَامَتَانِ أَوْ كَأَنَّهُمَا غَيَايَتَانِ أَوْ كَأَنَّهُمَا فِرْقَانِ مِنْ طَيْرٍ صَوَافَّ تُحَاجَّانِ عَنْ أَصْحَابِهِمَا، اقْرَءُوا سُورَةَ الْبَقَرَةِ فَإِنَّ أَخْذَهَا بَرَكَةٌ وَتَرْكَهَا حَسْرَةٌ وَلاَ تَسْتَطِيعُهَا الْبَطَلَةُ ».
“Bacalah oleh kalian dua bunga, yaitu surat Al-Baqarah dan Surat Ali ‘Imran. Karena keduanya akan datang pada hari Kiamat seakan-akan keduanya dua awan besar atau dua kelompok besar dari burung yang akan membela orang-orang yang senantiasa rajin membacanya. Bacalah oleh kalian surat Al-Baqarah, karena sesungguhnya mengambilnya adalah barakah, meninggalkannya adalah kerugian, dan sihir tidak akan mampu menghadapinya.” [HR. Muslim 804]

3. Dari shahabat An-Nawwas bin Sam’an Al-Kilabi radhiallahu ‘anhu berkata : saya mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

« يُؤْتَى بِالْقُرْآنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَأَهْلِهِ الَّذِينَ كَانُوا يَعْمَلُونَ بِهِ تَقْدُمُهُ سُورَةُ الْبَقَرَةِ وَآلُ عِمْرَانَ تُحَاجَّانِ عَنْ صَاحِبِهِمَا ».
“Akan didatangkan Al-Qur`an pada Hari Kiamat kelak dan orang yang rajin membacanya dan senantiasa rajin beramal dengannya, yang paling depan adalah surat Al-Baqarah dan surat Ali ‘Imran, keduanya akan membela orang-orang yang rajin membacanya.” [HR. Muslim 805]

Pada hadits ini Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam memberitakan bahwa surat Al-Baqarah dan Ali ‘Imran akan membela orang-orang yang rajin membacanya. Namun Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam mempersyaratkan dalam hadits ini dengan dua hal, yaitu :

-          Membaca Al-Qur`an, dan

-          Beramal dengannya.

Karena orang yang membaca Al-Qur`an ada dua type :

-          type orang yang membacanya namun tidak beramal dengannya, tidak mengimani berita-berita Al-Qur`an, tidak mengamalkan hukum-hukumnya. Sehingga Al-Qur`an menjadi hujjah yang membantah mereka.

-          Type lainnya adalah orang-orang yang membacanya dan mengimani berita-berita Al-Qur`an, membenarkannya, dan mengamalkan hukum-hukumnya, … sehingga Al-Qur`an menjadi hujjah yang membela mereka.

Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

القرآن حجة لك أو عليك
“Al-Qur`an itu bisa menjadi hujjah yang membelamu atau sebaliknya menjadi hujjah yang membantahmu.” [HR. Muslim]

Dalam hadits ini terdapat dalil bahwa tujuan terpenting diturunkannya Al-Qur`an adalah untuk diamalkan. Hal ini diperkuat oleh firman Allah subhanahu wata’ala :

( كتاب أنزلناه إليك مبارك ليدبروا آياته وليتذكر أولوا الألباب )
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah, supaya mereka mentadabburi (memperhatikan) ayat-ayat-Nya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.” [Shad : 29]

“supaya mereka mentadabburi”, yakni agar mereka berupaya memahami makna-maknanya dan beramal dengannya. Tidak mungkin bisa beramal dengannya kecuali setelah tadabbur. Dengan tadabbur akan menghasilkan ilmu, sedangkan amal merupakan buah dari ilmu.

Jadi inilah tujuan diturunkannya Al-Qur`an :

-          untuk dibaca dan ditadabburi maknanya

-          diimani segala beritanya

-          diamalkan segala hukumnya

-          direalisasikan segala perintahnya

-          dijauhi segala larangannya


Faidah (Pelajaran) yang diambil dari hadits :

1. Al-Qur`an sebagai pemberi syafa’at bagi orang-orang yang rajin membacanya dan beramal dengannya.

2. Ilmu mengharuskan adanya amal. Kalau tidak maka ilmu tersebut akan menjadi hujjah yang membantahnya pada hari Kiamat.

3. Keutamaan membaca surat Al-Baqarah dan Ali ‘Imran

4. Penamaan surat-surat dalam Al-Qur`an bersifat tauqifiyyah.

5. Dari shahabat ‘Utsman bin ‘Affan radhiallahu ‘anhu berkata, bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

(( خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ )) رواه البخاري .

“Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al-Qur`an dan mengajarkannya.” [Al-Bukhari 5027]

Orang yang terbaik adalah yang terkumpul padanya dua sifat tersebut, yaitu : mempelajari Al-Qur`an dan mengajarkannya. Ia mempelajari Al-Qur`an dari gurunya, kemudian ia mengajarkan Al-Qur`an tersebut kepada orang lain. Mempelajari dan mengajarkannya di sini mencakup mempelajari dan mengajarkan lafazh-lafazh Al-Qur`an; dan mencakup juga mempelajari dan mengajarkan makna-makna Al-Qur`an.

6. Dari Ummul Mu`minin ‘Aisyah radhiallahu ‘anha berkata, bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

(( الَّذِي يَقْرَأُ القُرْآنَ وَهُوَ مَاهِرٌ بِهِ مَعَ السَّفَرَةِ الكِرَامِ البَرَرَةِ، وَالَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ أجْرَانِ )) متفقٌ عَلَيْهِ

“Yang membaca Al-Qur`an dan dia mahir membacanya, dia bersama para malaikat yang mulia. Sedangkan yang membaca Al-Qur`an namun dia tidak tepat dalam membacanya dan mengalami kesulitan, maka baginya dua pahala.” [Al-Bukhari 4937, Muslim 244]

Orang yang mahir membaca Al-Qur`an adalah orang yang bagus dan tepat bacaannya.

Adapun orang yang tidak tepat dalam membacanya dan mengalami kesulitan, maka baginya dua pahala : pertama, pahala tilawah, dan kedua, pahala atas kecapaian dan kesulitan yang ia alami.

7. Dari shahabat Abu Musa Al-Asy’ari radhiallahu ‘anhu berkata, bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

(( مَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِي يَقْرَأُ القُرْآنَ مَثَلُ الأُتْرُجَّةِ : رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا طَيِّبٌ ، وَمَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِي لاَ يَقْرَأُ القُرْآنَ كَمَثَلِ التَّمْرَةِ : لاَ رِيحَ لَهَا وَطَعْمُهَا حُلْوٌ ، وَمَثلُ المُنَافِقِ الَّذِي يقرأ القرآنَ كَمَثلِ الرَّيحانَةِ : ريحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ ، وَمَثَلُ المُنَافِقِ الَّذِي لاَ يَقْرَأُ القُرْآنَ كَمَثلِ الحَنْظَلَةِ : لَيْسَ لَهَا رِيحٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ )) متفقٌ عَلَيْهِ .

“Perumpaan seorang mu`min yang rajin membaca Al-Qur`an adalah seperti buah Al-Atrujah : aromanya wangi dan rasanya enak. Perumpamaan seorang mu`min yang tidak membaca Al-Qur`an adalah seperti buah tamr (kurma) : tidak ada aromanya namun rasanya manis.

Perumpamaan seorang munafiq namun ia rajin membaca Al-Qur`an adalah seperti buah Raihanah : aromanya wangi namun rasanya pahit. Sedangkan perumpaan seorang munafiq yang tidak rajin membaca Al-Qur`an adalah seperti buah Hanzhalah : tidak memiliki aroma dan rasanya pun pahit.” [Al-Bukhari 5427, Muslim 797]

Seorang mu`min yang rajin membaca Al-Qur`an adalah seperti buah Al-Atrujah, yaitu buah yang aromanya wangi dan rasanya enak. Karena seorang mu`min itu jiwanya bagus, qalbunya juga baik, dan ia bisa memberikan kebaikan kepada orang lain. Duduk bersamanya terdapat kebaikan. Maka seorang mu`min yang rajin membaca Al-Qur`an adalah baik seluruhnya, baik pada dzatnya dan baik untuk orang lain. Dia seperti buah Al-Atrujah, aromanya wangi dan harum, rasanya pun enak dan lezat.

Adapun seorang mu’min yang tidak membaca Al-Qur`an adalah seperti buah kurma. Rasanya enak namun tidak memiliki aroma yang wangi dan harum. Jadi seorang mu’min yang rajin membaca Al-Qur`an jauh lebih utama dibanding yang tidak membaca Al-Qur`an. Tidak membaca Al-Qur`an artinya tidak mengerti bagaimana membaca Al-Qur`an, dan tidak pula berupaya untuk mempelajarinya.

Perumpamaan seorang munafiq, namun ia rajin membaca Al-Qur`an adalah seperti buah Raihanah : aromanya wangi namun rasanya pahit. Karena orang munafiq itu pada dzatnya jelek, tidak ada kebaikan padanya. Munafiq adalah : orang yang menampakkan dirinya sebagai muslim namun hatinya kafir -wal’iyya dzubillah-. Kaum munafiq inilah yang Allah nyatakan dalam firman-Nya :

Di antara manusia ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allah dan Hari Akhir,” padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah tambah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.” [Al-Baqarah : 8 - 10]

Didapati orang-orang munafiq yang mampu membaca Al-Qur`an dengan bacaan yang bagus dan tartil. Namun mereka hakekatnya adalah para munafiq -wal’iyyadzubillah- yang kondisi mereka ketika membaca Al-Qur`an adalah seperti yang digambarkan oleh Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam :

يقرؤون القرآن لا يتجاوز حناجرهم
“Mereka rajin membaca Al-Qur`an, namun bacaan Al-Qur`an mereka tidak melewati kerongkongan mereka.”

Maka Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam mengumpamakan mereka dengan buah Raihanah, yang harum aromanya, karena mereka terlihat rajin membaca Al-Qur`an; namun buah tersebut pahit rasanya, karena jelek dan jahatnya jiwa mereka serta rusaknya niat mereka.

Adapun orang munafiq yang tidak rajin membaca Al-Qur`an, maka diumpamakan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam seperti buah Hanzhalah, rasanya pahit dan tidak memiliki aroma wangi. Inilah munafiq yang tidak memiliki kebaikan sama sekali. Tidak memiliki aroma wangi, karena memang ia tidak bisa membaca Al-Qur`an, disamping dzat dan jiwanya adalah dzat dan jiwa yang jelek dan jahat.

Inilah jenis-jenis manusia terkait dengan Al-Qur`an. Maka hendaknya engkau berusaha agar menjadi orang mu`min yang rajin membaca Al-Qur`an dengan sebenar-benar bacaan, sehingga engkau seperti buah Al-Atrujah, aromanya wangi, rasanya pun enak.


8. Dari shahabat ‘Umar bin Al-Khaththab radhiallahu ‘anhu, bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

(( إنَّ اللهَ يَرْفَعُ بِهَذَا الكِتَابِ أقْوَاماً وَيَضَعُ بِهِ آخرِينَ )) رواه مسلم .

“Sesungguhnya Allah dengan Al-Qur`an ini mengangkat suatu kaum, dan menghinakan kaum yang lainnya.” [HR. Muslim 269]

WallaahuA’lam

Sumber: http://assalafy.org/mahad

Wednesday, October 3, 2012

Ibrahim Killington, Penganut Paganisme yang Memeluk Islam



Sebelum menjadi Muslim, Ibrahim Killington lebih banyak menghabiskan waktu untuk bersenang-senang. Menegak minuman beralkohol dan obat-obatan terlarang sudah menjadi kebiasaanya. "Saya bergaul dengan orang yang sama seperti saya. Dengan harapan, kesenangan dan kebahagian itu tak pernah berakhir," kenang dia.

Berbicara soal Islam dan Muslim, ia tak banyak mengetahui hal itu sebelum tragedi 9/11. Ia hanya mendengar istilah teroris banyak diulas pada setiap pemberitaan baik cetak maupun elektronik. Ia sempat bingung, apakah Islam dan Muslim itu teroris. 

Namun, pemberitaan negatif itu mulai mempengaruhi pandangannya terhadap Islam dan Muslim. Satu hal yang tertanam dalam dirinya, setiap Muslim melakukan kekejaman di seluruh dunia. Kebenciannya terhadap Islam dan Muslim mulai tumbuh. Ia merasa negaranya sudah diacak-acak oleh Islam dan Muslim. "Mereka itu penjahat berbahaya di dunia," kata dia.

Satu ketika, ia mendengarkan siaran radio. Nama program radio itu adalah 'Terror Talk'. Radio ini milik pemerintah AS. Isi dari pembicaraan dalam radio itu adalah soal kehidupan Nabi Muhammad SAW. 

Yang ia dengar, radio itu mempertanyakan keteladanan Nabi Muhammad SAW mengingat prilaku terorisme di seluruh dunia. "Saya mulai mempertanyakan apa yang diyakini umat Islam pada waktu itu. Kebetulan saya tengah mencari kebenaran," kata dia.

Awalnya, ia banyak belajar tentang mitologi Nordik dan paganisme. Disela itu, ia banyak membaca tentang Islam. Ketika berselancar di dunia maya, ia terlibat diskusi menarik dengan Baba Ali. Ia seorang Muslim. Ia telah mematahkan stereotip Muslim dalam pandanganya. 

Ia begitu terkejut, ternyata ada Muslim yang humoris dan santun. Ia mulai membaca Alquran. Ia pikir, ia telah mendapatkan kesempatan untuk membaca kitab yang menjadi rujukan teroris. Awalnya, ia takut terpengaruh. Nyatanya, ia begitu terkejut dengan isi Alquran. 

Ayat demi ayat meluruhkan hatinya. Kebenciannya terhadap Islam dan Muslim menguap. "Inilah kebenaran. Pertanyaannya, bagaimana aku berubah," kata dia.

Pertama yang ia lakukan adalah pergi ke masjid. Ia habiskan waktu sepanjang hari untuk banyak membaca literatur tentang Islam. Ibunya sempat mengkhawatirkan anaknya itu. Ia katakan kepada ibunya bahwa ia tengah berada di masjid. Mendengar itu, ibunya sontak berteriak. "Tidak, anda tidak bisa berada di masjid. Anda adalah seorang Kristen," kata ibunya.

Itulah reaksi awal dari ibunya. Beberapa saat kemudian, ia mulai menerima keputusan anaknya itu untuk mempelajari Islam. Ibunya pun menangis. "Banyak cerita tentang bagaimana kisah orang yang memeluk Islam. Mereka merasa kembali ke rumah setelah sekian lama pergi. Itulah yang aku rasakan," kenang dia. 

Di masjid itu, akhirnya ia memeluk Islam. "Ketika anda ingin mencari tahu tentang Islam dan Muslim, ada baiknya anda pergi ke masjid. Di sana, anda akan mendapatkan informasi sebenar-benarnya. Jangan takut akan apa yang keluarga anda pikirkan. Islam itu lahir untuk kita, umat manusia," papar dia.

Petugas Haji Tangkap Joki Hajar Aswad



REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Laporan Wartawan Republika Heri Ruslan dari Makkah
Petugas pengamanan haji Indonesia berhasil menangkap seorang joki Hajar Aswad, Selasa (2/10) malam. Joki Hajar Aswad yang diciduk petugas itu bernama Burhanudin, seorang warga negara Indonesia asal Banjar.
''Yang bersangkutan kita amankan tertangkap tangan saat menawarkan jasa membantu jamaah mencium Hajar Aswad,'' ujar Kepala Seksi Pengamanan Kantor Misi Haji Daerah Kerja Makkah, Jaetul Muchlis Basyir, Rabu (3/10) sore.
Setelah diperiksa, kata dia, Burhanudin ternyata tak mengantongi dokumen resmi berupa paspor maupun visa.  Kepada petugas, Burhanudin mengaku jumlah joki Hajar Aswad yang beroperasi di sekitar Ka'bah itu jumlahnya sangat banyak.
Dalam operasinya, mereka tak pernah sendiri. Minimal joki Hajar Aswad itu terdiri dari tiga orang. Mereka kemudian menawarkan jasa kepada jamaah yang ingin mencium Hajar Aswad.
''Nah, setelah jamaah selesai mencium Hajar Aswad lalu mereka memerasnya,'' ungkap Jaetul Muchlis. Joki Hajar Aswad itu biasanya meminta uang kepada jamaah paling sedikit 500 riyal.
Jaetul Muchlis menuturkan, hingga saat ini, pihaknya baru menerima satu laporan dari jamaah yang menjadi korban Joki Hajar Aswad. Jamaah itu dimintai uang sebesar Rp 300 riyal. Namun, korban hanya membawa uang sebesar 200 riyal

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More